Pages

Jumat, 20 Mei 2011

Menulis=Semangat Kreasi Pelajar

Karya sastra yang banyak diminati pelajar yaitu novel, cerpen, puisi sampai pantun. Pada kalangan pelajar inilah bentuk karya sastra yang terjangkau oleh mereka atau dapat dikata lebih bisa dihasilkan daripada penyajian berita aktual. Dikarenakan kegiatan pelajar yang penuh sehingga karya sastra yang berupa cerita dapat dikerjakan di sela-sela waktu luang dan secara perlahan-lahan sesuai keadaan ide serta minat. Di zaman sekarang, penyebaran karya sastra bukan hanya melalui pemuatan di surat kabar, tetapi dapat melalui internet. Walau sama-sama media tulis, penyebaran lewat internet jangkauannya sangat luas baik di dalam maupun luar negeri. Sarana yang cocok digunakan ialah blog serta website. Keunggulan lainnya masyarakat lebih mudah mengakses tanpa perlu membeli media penyebarannya. Para pembaca pun dapat mengomentari secara langsung karya tersebut kepada si penulis. Namun sisi kerugian berdampak kepada masyarakat desa yang terkadang belum mempunyai prasarana akses internet, bahkan banyak yang belum mengetahui penggunannya.
Untuk dapat menulis dengan baik terdapat beberapa faktor pendukung. Pertama adanya minat baca, kebanyakan siswa memulai kegiatan menulis karena adanya minat baca. Minat baca di sini bukan hanya sekadar bermanfaat menambah wawasan, tetapi juga dapat berfungsi sebagai penginspirasi siswa melalui isi bacaannya. Seperti banyaknya para cerpenis, novelis dan lain-lain yang mengawali karir dari kegiatan membaca. Mereka umumnya membuat karangan tersebut karena adanya rasa kurang puas dan terinspirasi dengan isi bacaan sehingga ingin mengembangkannya menjadi lebih lengkap serta lebih menarik sesuai keinginan dan selera mereka. Dengan segala bacaan yang pernah mereka serap, maka akan lebih mudah mewujudkannya sebab telah terbiasa mengetahui ciri-ciri jalur yang mereka pilih. Apalagi banyak penulis muda yang mula-mula berlatih menulis secara otodidak yang hanya melihat contoh karya asli. Bagi remaja belajar otodidak dirasa lebih bebas berkreasi dan tidak perlu terlalu peduli apa kata orang, sehingga mereka lebih percaya diri dalam berekspresi.
Faktor pendukung kedua adalah adanya kesempatan. Seperti umpan yang membuat para siswa mengikutinya, bisa juga sebagai penyemangat dalam menulis. Sebab terdapat harapan untuk mereka membuat prestasi dalam kegiatan menulis, termasuk di dalamnya yakni lomba mengarang, sehingga yang mereka kerjakan tidak hanya berakhir sebagai hobi belaka yang entah dipedulikan orang lain atau tidak. Namun, ternyata berpotensi menambah prestasi. Apabila semua telah didapat maka mental pun perlu dipersiapkan. Dorongan dan semangat yang dilontarkan oleh orang-orang di sekitar sangat berpengaruh. Dapat dibayangkan bila hanya cela dan ejekan yang selalu dilontarkan, gairah akan runtuh dan hilang tersapu pikiran negatif. Menjadi takut gagal, malu, tidak berguna dan lain sebagainya yang menjadikan si siswa kalah sebelum berperang. Beruntung bila si siswa bertekad kuat dan mempunyai semangat baja, ia dapat menjadikan prestasi dari menulis sebagai pembuktian kepada orang lain akan kemampuannya, tetapi bila si siswa anak yang pemalu? Untuk itulah dorongan dan semangat orang lain akan membangun mental dan minat si anak. Menjadikannya percaya diri tetapi bukan sombong yang malah bisa membuatnya terperosok tanpa dapat melangkah maju. Kepercayaan diri yang bisa bebas berekspresi dan menunjukkan kepada dunia pemikiran apa yang ada di benaknya, yang menjauhkannya dari menjiplak karya orang lain.
Dalam melakukan sesuatu pasti terdapat halangan yang membuatnya semakin sulit untuk dikerjakan, begitu pula dengan menulis. Banyak kendala yang dialami para siswa untuk melakukan menulis, yang sering muncul ialah rasa malas. Para remaja banyak yang mengeluhkan bahwa mereka tidak mau menulis karena malas, seperti malas untuk berfikir karena sudah banyak pelajaran sekolah yang harus mereka kejar agar mendapat nilai bagus. Bila diselingi menulis, secara langsung menganggu pelajaran yang menyebabkan nilai pelajaran sekolah anjlok. Bahkan banyak orang tua yang menganjurkan mereka untuk tidak berkarya sastra supaya tidak menganggu pelajaran sekolah mereka. Lalu ada juga yang beralasan bahwa untuk menulis mereka tidak mempunyai waktu dan yang lebih mencengangkan adalah banyak yang mempunyai dalih bahwa hiburan teknologi lebih menarik daripada sekadar menulis yang belum tentu mendapat hasil. Tentu hal ini disayangkan sebab menulis adalah hal yang menyenangkan untuk dikerjakan dan mempunyai banyak kebaikan.
Untuk itu, di sini perlu kekompakan antara orang tua dan si siswa guna mencegah hal tersebut terjadi. Orang tua seharusnya tidak mengekang keinginan mereka kepada anak-anaknya dan mencoba memberikan kelonggaran dalam mengembangkan bakat dan minat, karena tidak ada salahnya bakat dikembangkan bila memang itu baik. Arahan, bimbingan dan kepercayaan dapat membuat si siswa merasa mendapat perhatian yang membuatnya menjadi sayang kepada orang tua mereka. Sesudah itu si siswa harusnya dapat bertanggung jawab terhadap kepercayaan yang telah diberikan, dengan dapat membagi waktu antara menulis dan belajar. Di sekolah dan pada malam hari ia dapat belajar, sedangkan pada siang harilah ia dapat berkarya. Tetapi itu semua tergantung si siswa pandai dalam membagi waktu, tujuannya agar orang tua tidak khawatir anaknya kelelahan yang dapat mengakibatkan kegiatan belajarnya tidak terganggu. Hal itu juga tergantung kesepakatan antara orang tua dan si siswa sebab mungkin memiliki perbedaan pendapat yang perlu disambung agar mendapat kata sepakat di antara keduanya. Bila dicermati dari semua ini intinya adalah perlu adanya keterbukaan orang tua dan anak. Namun, bagaimana bila si siswa anak yang sama sekali tidak berminat terhadap dunia menulis?
Untuk itu pengenalan menulis pada siswa sangatlah diperlukan, karena menulis sendiri dapat berfungsi sebagai pencetak siswa yang berwawasan luas, kreatif, mempunyai Life Skill dan berkepribadian baik. Berwawasan luas karena modal dasar menulis adalah mempunyai informasi dan mendalaminya. Maka siswa tersebut harus banyak mengetahui informasi yang akan ditulis karena bila tidak benar-benar paham, tulisannya akan kurang berbobot dan diragukan kebenarannya sehingga kurang menarik perhatian orang lain. Beberapa cara memperoleh informasi yakni dengan membaca, menyimak dan bertanya. Cara-cara tersebut dapat dipenuhi oleh fasilitas sekolah seperti perpustakaan, sebab perpustakaan sekarang tidak hanya berisi buku namun juga terdapat video pembelajaran, LCD dan sebagainya. Semua fasilitas perpustakaan yang bervariasi itu tentu saja dapat meningkatkan minat siswa terhadap keberadaan perpustakaan. Segala macam bacaan yang ada di sana dapat memenuhi bidang-bidang yang disukai para siswa. Membuat siswa menjadi lebih terinspirasi dalam menulis. Lebih-lebih bila perpustakaan tersebut mengutamakan kenyamanan pengunjung seperti menciptakan suasana nyaman dengan pengaturan cahaya ruang, sirkulasi udara, suasana hening, pelayanan ramah, kebersihan ditambah tata ruang yang baik. Walaupun banyak siswa meminjam buku di perpustakaan untuk dibawa pulang, namun bukankah mereka memilih buku di perpustakaan? Kenyamanan di sana akan menimbulkan rasa kesukaan tersendiri pada siswa, sehingga lebih memilih perpustakaan daripada kantin. Kemudian dari kunjungan mereka, pihak pengelola perpustakaan pun terbantu. Sebab dengan banyaknya siswa yang berkunjung, sarana dan prasarana akan lebih ditingkatkan sekolah guna mempertahankan dan meningkatkan prestasi baik itu. Kalau pun belum sepenuhnya mengerti secara jelas maka para siswa dapat menanyakannya secara langsung kepada petugas perpustakaan atau guru pelajaran.
Setelah berwawasan luas, menulis juga mengasah kreatifitas siswa dalam berkarya sastra, contohnya pada awal menulis seorang penulis harus menentukan tema yang menarik, jarang diekspos orang lain dan dibutuhkan banyak orang, tetapi layak untuk diperbincangkan. Hal ini bertujuan menarik minat pembaca yang cenderung memilih sesuatu yang berbeda, baru tetapi unik. Tentu saja dalam mewujudkannya diperlukan kreasi pemikiran yang maju, apalagi para remaja yang sangat berpotensi menciptakan ide-ide dengan ekspresi mudanya yang cemerlang. Bisa dikatakan masa remaja merupakan masa di mana otak dipenuhi khayalan-khayalan yang bermunculan yang ingin diwujudkan. Sebagai pelengkap, penggunaan kreatifitas juga diperlukan dalam pemilihan kata. Untuk menjabarkan buah pemikiran, kata-kata yang dipilih harus padat berisi, mudah dimengerti serta urut agar mudah dicerna para pembaca. Bila terlalu rumit maka orang-orang cenderung tidak memilihnya sebab takut mereka akan dapat memahami atau tidak. Apalagi kebanyakan orang membaca untuk mengisi waktu istirahat, bukan relaks yang didapat tetapi malah kerja otak yang kembali digunakan.
Dengan sering menulis, para siswa telah mempraktikkan secara nyata pelajaran yang mereka terima, sehingga otomatis mereka mempunyai modal serta kemampuan untuk menjawab tantangan zaman atau bisa disebut “Life Skill”. Saat telah membuahkan karya yang baik, ia pun dapat mengirimkannya kepada redaksi-redaksi yang membutuhkan tulisannya. Beberapa kolom yang biasanya ditawarkan adalah cerpen, cerbung, opini, tips, puisi dan masih banyak lainnya. Walaupun belum tentu diterima, tetapi bila telah berhasil diterima maka hasilnya lumayan untuk ditabung dan lain sebagainya. Jika para penerbit turut menyukai karyanya, maka si penulis berpeluang dikontrak menulis karya lainnya untuk penerbitan tersebut dan tentu saja hasilnya lebih banyak. Keuntungan lain yang didapat di sekolah ialah si siswa tersebut akan lebih mudah mengerjakan tugas bahasa Indonesia yang sering berhubungan dengan kegiatan menulis. Itu pun belum keuntungan saat di dunia kerja, pada lingkungan kantor ia bisa menjadi penulis ide kreatif dan sebagainya yang berhubungan menulis.Tidak hanya pelajaran bahasa Indonesia, tetapi juga pelajaran lain karena menulis dapat membahas ilmu lain seperti ensiklopedia. Memang tidak dapat dipungkiri bila keduanya berkaitan erat. Dengan ilmu lain sebagai topik yang dibahas maka sastra sebagai pengatur tatanannya, dapat juga ilmu lain sebagai sumber kreasi sastra agar karya tidak hanya monoton buah pemikiran batin.
Setelah menjaring ketiga fungsi di atas, kemudian terbentuklah sosok siswa yang berkepribadian baik. Oleh karena dalam menulis, siswa tersebut harus dapat mengendalikan emosi dan bersungguh-sungguh agar mendapat tulisan bermutu. Dapat dibayangkan bila suasana hati si penulis yang sedang tidak bagus dipaksakan tentu ia akan malas dan tidak bersunguh-sungguh, akibatnya tulisan yang dihasilkan akan acak-acakan dan tidak terarah. Ia pun harus tabah dan tidak mudah putus asa bila mendapat rintangan dalam menulis seperti naskah yang ditulis kurang disukai orang lain, naskah yang dikirim tidak diterima atau lainnya yang sering dialami oleh penulis muda. Sebab terkadang gaya tulisan anak muda sering tidak sesuai dengan selera khayalak tua.
Bila mengalami hal semacam itu pastinya ada kesalahan atau kekurangan yang perlu segera diatasi, untuk itulah sebaiknya si penulis meminta pendapat orang lain atas karyanya atau paling tidak menerima setiap kritikan dan saran yang membangun guna memperbaiki kekurangan-kekurangan tersebut. Bisa dikatakan proses ini seperti “makan garam”-nya penulis muda, walaupun menyakitkan tetapi bila ditelaah proses ini membuat penulis muda yang baru menginjakkan kaki di dalam dunia menulis menjadi lebih mengerti seluk-beluk dunia menulis sehingga membuat mereka lebih awas dan cermat dalam berkarya. Hasil tulisan pun akan semakin baik dan menarik hati pembaca remaja maupun nonremaja hingga semua kalangan. Apalagi kalangan pegawai kantor maupun pejabat yang menyukai sesuatu yang bermutu dan berbobot, membuat mereka suka karyanya merupakan nilai plus tersendiri bagi penulis muda.
Semua manfaat yang didapat akan bermuara pada satu hasil yakni diakui kemampuan dan keberadaannya oleh orang lain. Hal tersebut sangat bagus untuk para remaja yang membutuhkan perhatian dari orang-orang di sekitarnya guna berkembang ke arah positif. Di lain sisi akan mengubah pendapat kalangan tua terhadap para siswa remaja bahwa hanya bisa meminta hak dari orang tua tanpa dapat mempraktekkan ilmu sekolah yang selama ini mereka pelajari. Tanpa perlu menunggu sampai lulus kuliah untuk mendapatkan pekerjaan, mereka pun dapat menunaikan kewajiban mereka untuk berguna bagi orang tua, masyarakat, nusa dan bangsa dengan menghasilkan karya melalui media menulis. Sebab bukankah bila para siswanya mempunyai prestasi, maka akan mengharumkan nama orang tua mereka? Bukankah membuat orang lain bersemangat mengikuti jejak mereka? Serta yang paling membanggakan yakni bukankah negara akan mempunyai tambahan prestasi diri di kancah dunia dengan terdapatnya sumber daya manusia yang unggul? Sebab di era globalisasi ini prestasi bukan hanya diukur dari materiil, tetapi lebih kepada kualitas pendidikan dalam pemanfaatan kekayaan itu sendiri guna kesejahteraan bangsa.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sutarno NS, M. Si. 2003. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
2. Utami Munandar, Prof. Dr. 1999. Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat. Jakarta : Rineka Cipta.
3. Nursisto. 2000. Menggali Kreatifitas. Yogyakarta : PT. Mitra Gama Widya.

Ditulis oleh Ros Dwi Armiyanti

1 komentar:

Unknown mengatakan...

bermanfaat banget buat belajar

Posting Komentar